FONETIK
PROSES TERJADINYA BUNYI KONSONAN,
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA BUNYI VOKAL DAN KONSONAN
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA BUNYI VOKAL DAN KONSONAN
Oleh:
Utsmanul
Fatih 121411131002
DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2015
Bunyi bahasa merupakan unsur bahasa
yang paling kecil. Istilah bunyi bahasa atau fon sendiri merupakan terjemahan
dari bahasa inggris phone ‘bunyi’. Bunyi bahasa menyangkut getaran udara. Bunyi
itu terjadi karena dua benda atau lebih bergeseran atau berbenturan. Sebagai
getaran udara, bunyi bahasa merupakan suara yang dikeluarkan oleh mulut,
kemudian gelombang-gelombang bunyi sehingga dapat diterima oleh telinga. Bunyi
bahasa atau bunyi ujaran dihasilkan oleh alat ucap manusia seperti pita suara,
lidah, dan bibir. Bunyi bahasa atau bunyi ujaran adalah bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia atau bunyi yang diartikan, kemudian membentuk gelombang
bunyi, sehingga dapat diterima oleh manusia.
Bunyi bahasa terjadi jika udara yang
ada didalam paru-paru dihembuskan atau udara dari luar dihisap ke dalam
paru-paru dan mendapat hambatan pada berbagai alat bicara dengan berbagai macam
cara. tempat atau alat bicara yang dilewati diantaranya ialah, batang tenggorokkan,
pangkal tenggorokkan, kerongkongan, rongga mulut, rongga hidung, atau rongga
hidung bersama dengan tempat yang lain. jika udara tidak mengalami hambatan
saat keluar, maka bunyi bahasa tidak akan terjadi, seperti halnya saat kita
bernafas.
Secara umum bunyi bahasa dibedakan
atas vokal, konsonan. Perbedaan antara vokal dan konsonan didasarkan pada ada
atau tidaknya hambatan (proses artikulasi) pada alat bicara. Berikut perbedaan
secara umum antara bunyi vokal dan konsonan.
Bunyi
Vokal
1.
Bunyi yang
tidak disertai hambatan pada
alat bicara. Hambatan hanya
terdapat pada pita suara.
2.
Tidak
terdapat artikulasi
3.
Semua
vokal dihasilkan dengan bergetarnya pita suara. Dengan demikian, semua vokal
adalah bunyi suara.
Bunyi
Konsonan
Konsonan ialah bunyi-bunyi bahasa
yang apabila dikeluarkan, bunyi-bunyi ini menerima sekatan, sempitan dan
geseran sama ada di bahagian rongga mulut, tekak atau hidung. Bunyi konsonan terjadi
apabila berlakunya sekatan udara yang mengalir dalam saluran suara. Bunyi-bunyi
konsonan ada yang bersuara dan ada yang tidak bersuara.
Untuk membuat bunyi konsonan perlu
diperhatikan tiga faktor. Pertama adalah titik artikulasi, yakni, tempat dimana
artikulator itu berada, berdekatan, atau berlekatan. Bila bibir atas dan bawah
berlekatan maka bunyi yang dihasilkan bunyi bilabial. Faktor yang kedua dalam
membuat bunyi konsonan ialah cara artikulasi, yakni, bagaimana caranya udara
dari paru-paru itu kita lepaskan. apabila udara kita tahan ketat di mulut lalu
kemudian kita lepaskan dengan serentak maka bunyi tadi akan menimbulkan semacam
letupan. Karena itu, bunyi ini disebut dengan bunyi plosif atau stop. Dalam
bahasa Indonesia sering disebut dengan istilah bunyi hambat. Faktor yang ketiga
ialah pita suara. Pita suara adalah sepasang selaput yang berada di jakun (larynx).
Selaput ini dapat dirapatkan, dapat direnggangkan, dan dapat dibuka lebar.
Status selaput suara ini ikut menentukan perbedaan antara satu konsonan dengan
konsonan yang lain.
Konsonan
secara umum
1.
Bunyi
yang dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian alat bicara.
2.
Terdapat
artikulasi.
3.
Konsonan bersuara
adalah konsonan yang dihasilkan dengan bergetarnya pita suara. Konsonan
tidak bersuara adalah
konsonan yang dihasilkan tanpa
bergetarnya pita suara.
Namun, secara rinci perbedaan antara
bunyi vokal dan konsonan dapat dibedakan sebagi berikut. Bunyi Vokal,
Bunyi vokal dibedakan berdasarkan posisi
tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, struktur,
dan bentuk bibir. Dengan demikian, bunyi
vokal tidak dibedakan
berdasarkan posisi artikulatornya karena pada bunyi vokal tidak terdapat
artikulasi. Artikulator adalah bagian alat ucap yang dapat bergerak. Klasifikasi
vokal sebagai berikut.
a.
Vokal
berdasarkan tinggi rendahnya posisi lidah.
b.
Vokal berdasarkan
bagian lidah (depan,
tengah, belakang) yang bergerak (gerak naik turunnya lidah).
c.
Vokal
berdasarkan posisi strukturnya
d.
Struktur
adalah keadaan hubungan posisional artikulator aktif dan artikulator pasif.
Artikulator aktif adalah
alat ucap yang
bergerak menuju alat ucap yang lain saat membentuk bunyi bahasa.
Artikulator pasif adalah alat ucap yang dituju oleh artikulator aktif saat mem
bentuk bunyi bahasa. Dalam bunyi vokal tidak terdapat artikulasi, maka struktur
untuk vokal ditentukan oleh
jarak lidah dengan
langit-langit.
e.
Vokal
berdasarkan bentuk bibir saat vokal diucapkan.
Adapun pembagian konsonan secara
rinci dapat dibedakan sebagai berikut:
a.
Konsonan
Hambat Letup (Stops, Plosives), ialah konsonan yang
terjadi dengan hambatan
penuh arus udara.
Kemudian, hambatan itu
dilepaskan secara tiba-tiba.
b.
Konsonan
nasal (sengau) ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat rapat (menutup)
jalan udara dari paru-paru melalui rongga hidung. Bersama dengan itu
langit-langit lunak beserta anak tekaknya diturunkan sehingga udara keluar
melalui rongga hidung.
c.
Konsonan
paduan, ialah konsonan hambat jenis khusus. Tempat artikulasinya ialah ujung
lidah dan gusi belakang. Bunyi yang dihasilkan [ts , d5]. Bunyi [ ts ] ditulis
ch sedangkan bunyi [d5] ditulis dg.
d.
Konsonan
sampingan, merupakan bunyi konsonan dibentuk dengan menutup arus udara di
tengah rongga mulut sehingga udara keluar melalui kedua samping atau sebuah
samping saja. Tempat artikulasinya ujung lidah dengan gusi. Bunyi yang
dihasilkan [ I ].
e.
Konsonan
geseran atau frikatif adalah konsonan yang dibentuk dengan menyempitkan jalan
arus udara yang diembuskan dari paru-paru,
sehingga jalan udara
terhalang dan keluar
dengan bergeser.
f.
Konsonan
getar ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat jalan arus udara yang
diembuskan dari paru-paru secara berulang-ulang dan cepat. Menurut tempat
artikulasinya konsonan getar dinamai konsonan getar apiko-alveolar. Konsonan
ini terjadi jika artikulator aktif yang menyebabkan proses menggetar adalah
ujung lidah dan artikulator pasifnya gusi. Bunyi yang dihasilkan [ r ].
DAFTAR PUSTAKA
Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikolinguistik: Pengantar
Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Indrawati Zahid dan Mardian Shah Omar. 2006. Fonetik dan
Fonologi. Kuala Lumpur: PTS Professional.
Tukan, P. 2006. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta: PT
Ghalia Indonesia Printing.
Fonem Bahasa Indonesia. 26 Mei 2015.
Wedhawati. 2006. Tata Bahwa Jawa Mutakhir. Yogyakarta:
Kanisius.
EmoticonEmoticon