Dekonstruksi Cerpen Sugriwo-Subali
Disusun Oleh:
Utsmanul Fatih (121411131002)
DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada Era sekarang sastra berkembang
begitu pesat. Perkembangan tersebut memicu munculnya sebuah teori sastra yang
dirasa mengalami perkembangan pula. Perkembangan teori akan memunculkan kritik
sastra yang semakin berkembang dan meluas. Sebuah karya sastra sangatlah erat hubungannya
dengan kehidupan manusia, karena sastra dibuat tidak lepas dari unsur
kemanusiaan dan kehidupan disekitar manusia yang membangun keutuhan sastra
tersebut.
Selama ini dalam membaca teks karya
sastra, kita sering atau kita masih berpandangan satu arah saja dengan
mengikuti pendapat atau kesimpulan yang telah dikonvensionalkan (yang telah
ada, dan disepakati) serta cepat menyimpulkan pemaknaan cerita dengan hanya
membaca teks secara umum. Pada masa sebelumnya, pandangan-pandangan seperti ini
tidak diinginkan dalam pembacaan karya sastra, kita dituntut untuk lebih kritis
dalam membaca karya sastra, sehingga muncullah metode-metode pembacaan teks
seperti dekonstruksi.
Pembacaan karya sastra menurut paham
dekonstruksi tidak dimaksudkan untuk menegaskan makna sebagaimana halnya yang
lazim dilakukan, sebab sekali lagi tidak ada makna yang dihadirkan oleh suatu
yang sudah menentu melainkan justru untuk menemukan makna kontradiktifnya,
makna ironisnya. Pendekatan dekonstruktif bermaksud untuk melacak unsur-unsur
aporia, yaitu yang berupa makna paradoksal, makna kontradiktif, makna ironi,
dalam karya sastra yang dibaca. Unsur atau bentuk-bentuk dalam karya sastra itu
dicari dan dipahami justru dalam arti kebalikannya. Unsur-unsur yang ‘tidak
penting’ dilacak dan kemudian ‘dipentingkan’, diberi makna, peran, sehingga
akan terlihat (atau: menonjol) perannya dalam karya yang bersangkutan. Misalnya,
seorang tokoh cerita yang tidak penting berhubung hanya sebagai tokoh
periferal, tokoh (kelompok) pinggiran saja, setelah didekonstruksi ia menjadi
tokoh yang penting, yang memiliki (fungsi dan makna) yang menonjol sehingga tak
dapat ditinggalkan begitu saja dalam memaknai karya itu.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas ditemukan beberapa permasalahan, diantaranya:
1.
Apa
pengertian dekonstruksi ?
2.
Bagaimana
dekonstruksi dalam cerpen “Sugriwo-Subali” ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
pengertian dekonstruksi.
2.
Mengetahui
dekonstruksi dalam cerpen “Sugriwo-Subali”
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Dekonstruksi
Terdapat beberapa pengertian
dekonstruksi menurut para ahli yakni sebagai berikut, secara leksikal prefiks
‘de’ berarti penurunan, pengurangan, penokohan, penolakan. Jadi, dekonstruksi
dapat diartikan sebagai cara-cara pengurangan terhadap konstruksi, yaitu
gagasan.
Dekonstruksi berasal dari kata de +
construktio (latin). Pada umumnya de
berarti ke bawah, pengurangan, atau terlepas dari. Sedangkan kata Construktio
berarti bentuk, susunan, hal menyusun, hal mengatur. Dekonstruksi dapat
diartikan sebagai pengurangan atau penurunan intensitas bentuk yang sudah
tersusun, sebagai bentuk yang sudah baku. Kristeva (1980:36-37), misalnya,
menjelaskan bahwa dekonstruksi merupakan gabungan antara hakikat destruktif dan
konstruktif. Dekonstruksi adalah cara membaca teks, sebagai strategi.
Dekonstruksi tidak semata-mata ditunjukkan terhadap tulisan, tetapi semua
pernyataan kultural sebab keseluruhannya pernyataan tersebut adalah teks yang
dengan sendirinya sudah mengandung nilai-nilai, prasyarat, ideologi, kebenaran,
dan tujuan-tujuan tertentu. Dekonstruksi dengan demikian tidak terbatas hanya
melibatkan diri dalam kajian wacana, baik lisan maupun tulisan, melainkan juga
kekuatan-kekuatan lain yang secara efektif mentransformasikan hakikat wacana.
Menurut Al-fayyadl (2011: 232) dekonstruksi adalah testimoni terbuka kepada
mereka yang kalah, mereka yang terpinggirkan oleh stabilitas rezim bernama
pengarang. Maka, sebuah dekonstruksi adalah gerak perjalanan menuju hidup itu
sendiri.
Menurut Derrida, dekonstruksi adalah
sebuah strategi filsafat, politik, dan intelektual untuk membongkar modus
membaca dan menginterpretasi yang mendominasi dan menguatkan hierarki. Dengan
demikian, dekonstruksi merupakan strategi untuk menguliti lapisan-lapisan makna
yang terdapat di dalam teks yang selama ini sudah mapan.
a. Prinsip- prinsip yang terdapat pada teori
dekonstruksi.
Prinsip-
prinsip yang terdapat dalam teori dekonstruksi adalah:
1. Melacak unsur-unsur aporia (makna
paradoks, makna kontradiktif, dan makna ironi)
2. Mengembalikan atau mengubah makna-makna yang
sudah dikonvensionalkan
Menurut Nietzsche (Culler,
1983:86-87), dekonstruksi ada kaitannya dengan usaha-usaha untuk memberikan
makna baru terhadap prinsip sebab-akibat. Prinsip sebab-akibat selalu
memberikan perhatian terhadap sebab, sedangkan akibatnya sebagai gejala minor.
Nietzsche menjelaskan bahwa prinsip sebab akibat bukanlah hukum universal
melainkan merupakan retorika bahasa, sebagai gejala metonimi, gejala bahasa
dengan cara melekatkan nama orang atau benda-benda pada pusat objek yang lain.
B.
Dekonstruksi dalam cerpen Sugriwo-Subali
Dalam cerpen pascamodernis melakukan
yang sebaliknya: memandang
sesuatu yang di anggap tidak benar oleh kebanyakan orang di angkat dan di
dekonstruksi sehingga sesuatu yang dianggap tidak benar bisa menjadi sesuatu
yang dimaklumi karena memandang sesuatu dari sudut pandang yang berbeda.
Sugriwa-Subali mengandung
anakronisme. Tokoh-tokohnya mempunyai nama yang sama dengan
kisah wayang Ramayana,
tapi mereka ditempatkan
di Jakarta, suka mendengarkan kereta
api yang sedang
melaju , naik truk,
dan latar lainnya
yang mengindikasikan kehidupan realitas.
Perpaduan ini memang mustahil.
Ada Subali, Sugriwo, dan
Hanoman yang gambaran
fisik dan sifat tokoh
itu pun menyerupai tokoh wayang.
Mereka kembar atau
bersaudara sebagaimana dalam
wayang, mereka dekat dengan
Hanoman bahkan diangkat
menjadi anaknya. Anakronosme
ite telah menciptakan Subali
dan Sugriwo lahir
di tengah-tengah kota
Jakarta bahkan tinggal
di Kali Malang. Kehidupannya yang
miskin memaksa dirinya untuk menjadi pencuri
kecil-kecilan. Hal ini dilakukan
atas jargon Hanoman, makan adalah
sorga dan neraka adalah lapar.
Dekonstruksi
yang menonjol juga di tunjukkan dalam karakter Sugriwo-Subali. Dalam cerita
karya Yanusa Nugraha diceritakan Sugriwo dan Subali adalah dua sosok teman yang
akrab, tetapi dalam teks Ramayana keduanya bermusuhan. Sugriwo berada pada
pihak Rama, dan Subali pada kubu Rahvana.
Dalam cerpen karya Yanusa Nugraha,
Sugriwo-Subali merupakan seseorang yang lahir dari orang tua yang berbeda
tetapi tumbuh besar dalam suatu tempat yang sama, Sedangkan dalam teks Ramayana
keduanya merupakan saudara kembar yang
berbeda. Dekontruksi lain, dalam Ramayana, Subali meninggal karena dibunuh oleh
Rama dan Sugriwo menangis atas kepergiannya. Namun, Dalam Cerpen Yanusa,
keduanya merupakan sahabat yang dipersatukan setelah lama berpisah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dekonstruksi
memberikan dorongan untuk menemukan segala sesuatu yang selama ini tidak
memperoleh perhatian. Memungkinkan untuk melakukan penjelajahan intelektual
dengan apa saja, tanpa terikat dengan suatu aturan yang dianggap telah berlaku
universal. Dekonstruksi, secara garis besar adalah cara untuk membawa
kontradiksi-kontradiksi yang bersembunyi di balik konsep-konsep kita selama ini
dan keyakinan yang melekat pada diri ini ke hadapan kita.
Dalam cerpen
sugriwo-subali melakukan yang sebaliknya; memandang sesuatu yang di anggap
tidak benar oleh kebanyakan orang dan di dekonstruksi sehingga sesuatu yang
dianggap tidak benar bisa menjadi sesuatu yang dimaklumi karena memandang
sesuatu dari sudut pandang yang berbeda.
B.
Saran
Penulis
menyarankan kepada pembaca untuk menggunakan metode dekonstruksi ini juga dalam
membaca teks sastra agar kita bisa menemukan fakta lain dari pendapat atau
anggapan umum atau bahkan telah dikonvensionalkan. Dengan demikian kita bisa
menjadi pembaca yang kritis atau lebih kritis terhadap teks sastra.
EmoticonEmoticon