Friday, April 8, 2016

Contoh Makalah Dekonstruksi Cerpen Sugriwo-Subali



MAKALAH
Dekonstruksi Cerpen Sugriwo-Subali




                                   







Disusun Oleh:
Utsmanul Fatih           (121411131002)



DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Pada Era sekarang sastra berkembang begitu pesat. Perkembangan tersebut memicu munculnya sebuah teori sastra yang dirasa mengalami perkembangan pula. Perkembangan teori akan memunculkan kritik sastra yang semakin berkembang dan meluas. Sebuah karya sastra sangatlah erat hubungannya dengan kehidupan manusia, karena sastra dibuat tidak lepas dari unsur kemanusiaan dan kehidupan disekitar manusia yang membangun keutuhan sastra tersebut.

            Selama ini dalam membaca teks karya sastra, kita sering atau kita masih berpandangan satu arah saja dengan mengikuti pendapat atau kesimpulan yang telah dikonvensionalkan (yang telah ada, dan disepakati) serta cepat menyimpulkan pemaknaan cerita dengan hanya membaca teks secara umum. Pada masa sebelumnya, pandangan-pandangan seperti ini tidak diinginkan dalam pembacaan karya sastra, kita dituntut untuk lebih kritis dalam membaca karya sastra, sehingga muncullah metode-metode pembacaan teks seperti dekonstruksi.

            Pembacaan karya sastra menurut paham dekonstruksi tidak dimaksudkan untuk menegaskan makna sebagaimana halnya yang lazim dilakukan, sebab sekali lagi tidak ada makna yang dihadirkan oleh suatu yang sudah menentu melainkan justru untuk menemukan makna kontradiktifnya, makna ironisnya. Pendekatan dekonstruktif bermaksud untuk melacak unsur-unsur aporia, yaitu yang berupa makna paradoksal, makna kontradiktif, makna ironi, dalam karya sastra yang dibaca. Unsur atau bentuk-bentuk dalam karya sastra itu dicari dan dipahami justru dalam arti kebalikannya. Unsur-unsur yang ‘tidak penting’ dilacak dan kemudian ‘dipentingkan’, diberi makna, peran, sehingga akan terlihat (atau: menonjol) perannya dalam karya yang bersangkutan. Misalnya, seorang tokoh cerita yang tidak penting berhubung hanya sebagai tokoh periferal, tokoh (kelompok) pinggiran saja, setelah didekonstruksi ia menjadi tokoh yang penting, yang memiliki (fungsi dan makna) yang menonjol sehingga tak dapat ditinggalkan begitu saja dalam memaknai karya itu.
B.     Rumusan Masalah
                        Berdasarkan latar belakang di atas ditemukan beberapa permasalahan, diantaranya:
1.      Apa pengertian dekonstruksi ?
2.      Bagaimana dekonstruksi dalam cerpen “Sugriwo-Subali” ?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui pengertian dekonstruksi.
2.      Mengetahui dekonstruksi dalam cerpen “Sugriwo-Subali”

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Dekonstruksi
            Terdapat beberapa pengertian dekonstruksi menurut para ahli yakni sebagai berikut, secara leksikal prefiks ‘de’ berarti penurunan, pengurangan, penokohan, penolakan. Jadi, dekonstruksi dapat diartikan sebagai cara-cara pengurangan terhadap konstruksi, yaitu gagasan.

            Dekonstruksi berasal dari kata de + construktio (latin). Pada umumnya  de berarti ke bawah, pengurangan, atau terlepas dari. Sedangkan kata Construktio berarti bentuk, susunan, hal menyusun, hal mengatur. Dekonstruksi dapat diartikan sebagai pengurangan atau penurunan intensitas bentuk yang sudah tersusun, sebagai bentuk yang sudah baku. Kristeva (1980:36-37), misalnya, menjelaskan bahwa dekonstruksi merupakan gabungan antara hakikat destruktif dan konstruktif. Dekonstruksi adalah cara membaca teks, sebagai strategi. Dekonstruksi tidak semata-mata ditunjukkan terhadap tulisan, tetapi semua pernyataan kultural sebab keseluruhannya pernyataan tersebut adalah teks yang dengan sendirinya sudah mengandung nilai-nilai, prasyarat, ideologi, kebenaran, dan tujuan-tujuan tertentu. Dekonstruksi dengan demikian tidak terbatas hanya melibatkan diri dalam kajian wacana, baik lisan maupun tulisan, melainkan juga kekuatan-kekuatan lain yang secara efektif mentransformasikan hakikat wacana. Menurut Al-fayyadl (2011: 232) dekonstruksi adalah testimoni terbuka kepada mereka yang kalah, mereka yang terpinggirkan oleh stabilitas rezim bernama pengarang. Maka, sebuah dekonstruksi adalah gerak perjalanan menuju hidup itu sendiri.

            Menurut Derrida, dekonstruksi adalah sebuah strategi filsafat, politik, dan intelektual untuk membongkar modus membaca dan menginterpretasi yang mendominasi dan menguatkan hierarki. Dengan demikian, dekonstruksi merupakan strategi untuk menguliti lapisan-lapisan makna yang terdapat di dalam teks yang selama ini sudah mapan.
a.      Prinsip- prinsip yang terdapat pada teori dekonstruksi.
Prinsip- prinsip yang terdapat dalam teori dekonstruksi adalah:
1.      Melacak unsur-unsur aporia (makna paradoks, makna kontradiktif, dan makna ironi)
2.      Mengembalikan atau mengubah makna-makna yang sudah dikonvensionalkan

            Menurut Nietzsche (Culler, 1983:86-87), dekonstruksi ada kaitannya dengan usaha-usaha untuk memberikan makna baru terhadap prinsip sebab-akibat. Prinsip sebab-akibat selalu memberikan perhatian terhadap sebab, sedangkan akibatnya sebagai gejala minor. Nietzsche menjelaskan bahwa prinsip sebab akibat bukanlah hukum universal melainkan merupakan retorika bahasa, sebagai gejala metonimi, gejala bahasa dengan cara melekatkan nama orang atau benda-benda pada pusat objek yang lain.

B.     Dekonstruksi dalam cerpen Sugriwo-Subali
            Dalam cerpen pascamodernis  melakukan  yang  sebaliknya: memandang sesuatu yang di anggap tidak benar oleh kebanyakan orang di angkat dan di dekonstruksi sehingga sesuatu yang dianggap tidak benar bisa menjadi sesuatu yang dimaklumi karena memandang sesuatu dari sudut pandang yang berbeda.

            Sugriwa-Subali mengandung anakronisme. Tokoh-tokohnya mempunyai nama yang sama  dengan  kisah  wayang  Ramayana,  tapi  mereka  ditempatkan  di  Jakarta,  suka mendengarkan  kereta  api  yang  sedang  melaju ,  naik  truk,  dan  latar  lainnya  yang mengindikasikan  kehidupan  realitas.  Perpaduan ini  memang  mustahil.  Ada Subali,  Sugriwo,  dan  Hanoman  yang  gambaran  fisik  dan sifat  tokoh  itu  pun menyerupai tokoh  wayang.  Mereka  kembar  atau  bersaudara  sebagaimana  dalam  wayang,  mereka dekat  dengan  Hanoman  bahkan  diangkat  menjadi  anaknya.  Anakronosme  ite  telah menciptakan  Subali  dan   Sugriwo  lahir  di  tengah-tengah  kota  Jakarta  bahkan  tinggal  di Kali Malang.  Kehidupannya yang miskin  memaksa  dirinya untuk menjadi  pencuri  kecil-kecilan. Hal  ini  dilakukan  atas jargon  Hanoman,  makan adalah  sorga dan  neraka  adalah lapar.

            Dekonstruksi yang menonjol juga di tunjukkan dalam karakter Sugriwo-Subali. Dalam cerita karya Yanusa Nugraha diceritakan Sugriwo dan Subali adalah dua sosok teman yang akrab, tetapi dalam teks Ramayana keduanya bermusuhan. Sugriwo berada pada pihak Rama, dan Subali pada kubu Rahvana.

            Dalam cerpen karya Yanusa Nugraha, Sugriwo-Subali merupakan seseorang yang lahir dari orang tua yang berbeda tetapi tumbuh besar dalam suatu tempat yang sama, Sedangkan dalam teks Ramayana keduanya merupakan saudara  kembar yang berbeda. Dekontruksi lain, dalam Ramayana, Subali meninggal karena dibunuh oleh Rama dan Sugriwo menangis atas kepergiannya. Namun, Dalam Cerpen Yanusa, keduanya merupakan sahabat yang dipersatukan setelah lama berpisah.









BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

            Dekonstruksi memberikan dorongan untuk menemukan segala sesuatu yang selama ini tidak memperoleh perhatian. Memungkinkan untuk melakukan penjelajahan intelektual dengan apa saja, tanpa terikat dengan suatu aturan yang dianggap telah berlaku universal. Dekonstruksi, secara garis besar adalah cara untuk membawa kontradiksi-kontradiksi yang bersembunyi di balik konsep-konsep kita selama ini dan keyakinan yang melekat pada diri ini ke hadapan kita.


            Dalam cerpen sugriwo-subali melakukan  yang  sebaliknya; memandang sesuatu yang di anggap tidak benar oleh kebanyakan orang dan di dekonstruksi sehingga sesuatu yang dianggap tidak benar bisa menjadi sesuatu yang dimaklumi karena memandang sesuatu dari sudut pandang yang berbeda.

B.     Saran

            Penulis menyarankan kepada pembaca untuk menggunakan metode dekonstruksi ini juga dalam membaca teks sastra agar kita bisa menemukan fakta lain dari pendapat atau anggapan umum atau bahkan telah dikonvensionalkan. Dengan demikian kita bisa menjadi pembaca yang kritis atau lebih kritis terhadap teks sastra.




EmoticonEmoticon