Tuesday, March 29, 2016

Inilah Alasan Mengapa Abu Hurairah Banyak Meriwayatkan Hadist daripada Sahabat lainnya

Siapa yang tidak mengenal Abu Hurairah,sahabat nabi yang paling banyak meriwayatkan hadis. Sahabat Nabi yang masuk Islam pada tahun ketujuh setelah Hijrah ini memang dikenal sebagai sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Padahal, terhitung sejak Abu Hurairah menyatakan keislamannya di hadapan Nabi sampai wafatnya hanya menjumpai waktu kurang lebih empat tahun. Artinya dapat dikatakan Abu Hurairah bukan termasuk golongan sahabat yang masuk Islam pada periode awal. Tetapi sebagai mukharrij awwal (perawi pertama) Abu Hurairah secara kuantitatif (jumlah) hadits yang diriwayatkannya lebih banyak melebihi para sahabat lain yang notabene jauh lebih lama hidup bersama Rasulullah.

“Ketahuilah bahwa sahabat-sahabatku orang-orang Muhajirin itu sibuk dengan perdagangan mereka di pasar-pasar. Sedangkan sahabat-sahabatku orang-orang Anshar sibuk dengan tanah pertanian mereka. Sedangkan aku adalah seorang miskin yang paling banyak menyertai majelis Rasulullah, maka aku hadir saat yang lain absen,” ujar Abu Hurairah menjelaskan. Inilah yang meneyebabkan Abu Hurairah banyak meriwayatkan haidst.

Dengan kata lain, meski Abu Hurairah mendampingi dan menjumpai Nabi hanya sekitar empat tahun, tapi dalam tempo yang pendek tersebut dia benar-benar fokus menyertai Nabi. Selama rentang waktu itu, dia tidak memiliki kegiatan sampingan lain semisal berdagang atau bertani. Sementara sebagian sahabat lain, di samping menghadiri majelis Nabi, para sahabat umumnya juga masih memiliki kesibukan lain.

Bila kita analogikan pada konteks sekarang pun pernyataan Abu Hurairah di atas masih sangat relevan. Meski sama-sama belajar ilmu agama Islam, apakah hasilnya sama antara anak yang belajar mengikuti pendidikan di Pondok Pesanren secara reguler dengan anak yang hanya belajar di pesantren kilat. Walaupun keduanya sama-sama memperoleh ilmu, namun jelas lulusan yang dihasilkan sangat berbeda.

Begitu pula di pendidikan formal, kendati sama-sama kuliah dan dapat ijazah misalnya, apakah sama antara mahasiswa yang kuliah di kelas reguler dan mengikuti alur akademik sebagaimana mestinya dibandingkan dengan mahasiswa yang mengambil jalur khusus dengan beban belajar yang jauh lebih ringan. Tentu secara mutu dan kualitas alumninya tidak sama.

Hujjah selanjutnya, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berbicara kepada para shahabat, “Siapa yang membentangkan sorbannya hingga selesai pembicaraanku, kemudian ia meraihnya, maka ia takkan terlupa akan suatu pun dari apa yang telah didengarnya dariku,” demikin Nabi bersabda.

“Maka kuhamparkan kainku, lalu beliau berbicara padaku, kemudian kuraih kain itu, dan demi Allah tidak ada satu pun yang terlupa bagiku dari apa yang telah kudengar dari Nabi”, terang Abu Hurairah.

Dan alasan ketiga adalah adanya kesadaran dan rasa kewajiban pada diri Abu Hurairah untuk menyampaikan apa yang telah diperolehnya dari Rasulullah kepada umat Islam yang belum mengetahuinya. Dalam hal ini Abu Hurairah menyatakan, demi Allah kalau tidaklah karena ada ayat dalam Al-Qur’an yang memerintahkan soal kewajiban ini, niscaya tidak akan kukabarkan kepada kalian sedikitpun. Ayat yang dimaksud adalah:

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, sesudah kami nyatakan kepada manusia di dalam kitab mereka. Itulah yang dikutuk oleh allah dan dikituk oleh para pengutuk (Al-Baqarah: 159)

Dengan demikian sebagai kesimpulan, setidaknya ada Tiga Alasan Mengapa Abu Hurairah banyak Meriwayatkan Hadits.

Pertama, karena waktu luang Abu Hurairah menyertai Nabi Muhammad jauh lebih banyak daripada para sahabat lainnya.

Kedua, karena ia memiliki daya ingatan yang kuat.

Ketiga, ia menceritakan hadits bukan karena ia gemar bercerita, tetapi karena keyakinan bahwa menyebarluaskan hadita-hadits merupakan tanggungjawabnya terhadap agama dan hidupnya.


EmoticonEmoticon